"Mama selingkuh!!!"
Begitu kira kira lelaki bersuara cempreng itu meneriaki istrinya. Sama sekali tak terdengar merdu di telinga. Panas hati yang diteriaki, dia balas bertanya.
"Apa buktinya jika aku selingkuh, Pa? Nongkrong di kafe aja gak pernah. Karaokean di studio juga gak pernah. Paling jauh juga ke pasar atau antar jemput anak sekolah. Lebih mirip gojek yang siap sedia."
"Teman Mama yang kasih tahu."
"Oh ya? Teman Mama yang mana? Terus dia bilang apa?" jawabnya seraya ambil pisau dapur.
"Katanya, Mama simpan foto lelaki lain di dompet. Siapa lelaki lain idaman Mama itu? Ngaku, Ma!" lelaki itu masih berang hingga urat-urat di lehernya menegang.
"Wow, sampai tahu isi dompet segala. Silahkan periksa jika masih penasaran dengan lelaki-lelaki yang kusimpan!" tak kalah tegas suara perempuan dengan pisau tergenggam.
Tak menunggu minggu, bulan, dan tahun. Bahkan jam pun menit tak sempat beranjak dari angkanya berpijak, tangan lelaki bertubuh cungkring itu membuka dompet istrinya.
"Mama simpan di mana? Tadi Mama bilang banyak lelaki. Mama sudah tidak waras?"
Perempuan yang dipanggil Mama hanya memainkan bibirnya meluber ke bawah.
Lelaki di depannya masih juga sibuk mencari hingga basah tubuh keringat karena emosi membara.
"Ketemu tidak?" tanya perempuan yang masih setia memegang pisau dapur terasah.
Hingga terengah-engah lelaki itu ndelosor, tapi tetap teguh menginterogerasi istrinya.
"Sudah nyerah nyari laki-laki simpananku? Sini kuberi tahu."
Perempuan itu menata semua isi dompet yang terburai rapi di meja.
"Mereka adalah para lelaki simpanan. Mengapa aku suka? Karena mereka rukun tidak pernah marahan. Apalagi memarahiku tanpa alasan," katanya sambil menunjuk lembar-lembar berwarna merah, biru, hijau, ungu, coklat, abu abu, hingga biru gelap yang agak kucel.
Ada Soekarno Hatta, I Gusti Ngurah Rai, Oto Iskandar Di Nata, Sultan Mahmud Badarudin II, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari, dan Kapitan Patimura.
Lelaki yang ndelosor kehabisan tenaga itu hanya melongo menerima jawaban jujur istrinya.
"Terus pisau itu mau buat apa?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Mau buat cincang daging biar gak bikin capek mulut buat ngunyah," katanya sambil ngeloyor pergi.
Wied, 111017, Alaskembang, WPC
Begitu kira kira lelaki bersuara cempreng itu meneriaki istrinya. Sama sekali tak terdengar merdu di telinga. Panas hati yang diteriaki, dia balas bertanya.
"Apa buktinya jika aku selingkuh, Pa? Nongkrong di kafe aja gak pernah. Karaokean di studio juga gak pernah. Paling jauh juga ke pasar atau antar jemput anak sekolah. Lebih mirip gojek yang siap sedia."
"Teman Mama yang kasih tahu."
"Oh ya? Teman Mama yang mana? Terus dia bilang apa?" jawabnya seraya ambil pisau dapur.
"Katanya, Mama simpan foto lelaki lain di dompet. Siapa lelaki lain idaman Mama itu? Ngaku, Ma!" lelaki itu masih berang hingga urat-urat di lehernya menegang.
"Wow, sampai tahu isi dompet segala. Silahkan periksa jika masih penasaran dengan lelaki-lelaki yang kusimpan!" tak kalah tegas suara perempuan dengan pisau tergenggam.
Tak menunggu minggu, bulan, dan tahun. Bahkan jam pun menit tak sempat beranjak dari angkanya berpijak, tangan lelaki bertubuh cungkring itu membuka dompet istrinya.
"Mama simpan di mana? Tadi Mama bilang banyak lelaki. Mama sudah tidak waras?"
Perempuan yang dipanggil Mama hanya memainkan bibirnya meluber ke bawah.
Lelaki di depannya masih juga sibuk mencari hingga basah tubuh keringat karena emosi membara.
"Ketemu tidak?" tanya perempuan yang masih setia memegang pisau dapur terasah.
Hingga terengah-engah lelaki itu ndelosor, tapi tetap teguh menginterogerasi istrinya.
"Sudah nyerah nyari laki-laki simpananku? Sini kuberi tahu."
Perempuan itu menata semua isi dompet yang terburai rapi di meja.
"Mereka adalah para lelaki simpanan. Mengapa aku suka? Karena mereka rukun tidak pernah marahan. Apalagi memarahiku tanpa alasan," katanya sambil menunjuk lembar-lembar berwarna merah, biru, hijau, ungu, coklat, abu abu, hingga biru gelap yang agak kucel.
Ada Soekarno Hatta, I Gusti Ngurah Rai, Oto Iskandar Di Nata, Sultan Mahmud Badarudin II, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari, dan Kapitan Patimura.
Lelaki yang ndelosor kehabisan tenaga itu hanya melongo menerima jawaban jujur istrinya.
"Terus pisau itu mau buat apa?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Mau buat cincang daging biar gak bikin capek mulut buat ngunyah," katanya sambil ngeloyor pergi.
Wied, 111017, Alaskembang, WPC
Ya ampuuuunnn.... Ternyata ? 🤣🤣🤣
BalasHapusHe-he-he ....
Hapus