Ditulis oleh: Sri Widyowati Kinasih, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Tahun 2022
Kelas 72- Kabupaten Malang-Jawa Timur
Filosofi
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
Dalam buku tua yang berjudul “Karya
Ki Hajar Dewantara” penulis menemukan banyak catatan tentang pandangan R.
Soewardi Soeryaninrat (Ki Hajar Dewantara) mengenai pendidikan dan pengajaran.
Di dalam buku tersebut disebutkan bahwa pengajaran adalah
bagian dari pendidikan. Dengan kata lain, bahwa pengajaran adalah sebuah proses
mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
anak, baik lahir maupun batin.
Selain pengajaran juga dijelaskan tentang pendidikan yang berarti proses
menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki oleh setiap anak, agar mereka tumbuh
menjadi manusia dan anggota masyarakat yang selamat dan bahagia.
Menurut teori konvergensi, bahwa sejak
anak lahir, mereka ibarat kertas putih yang sudah ada coretan meskipun samar.
Itulah yang dimaksud dengan kodrat atau fitrahnya. Tugas kita sebagai pendidik
adalah menuntun mereka untuk mempertajam potensi baiknya agar dapat memperbaiki
laku hidupnya sehingga potensi yang tidak baik bisa hilang sama sekali.
Ibarat pertanian, sawah adalah
sekolahnya, petani adalah pendidiknya, sedangkan siswa adalah padinya. Tentu saja petani tidak bisa mengubah padi menjadi jagung. Tapi
petani harus merawat pertumbuhan padi dengan baik dengan cara menyiramnya,
memupuknya, bahkan membuang gulma yang mengganggu pertumbuhannya. Benih padi
pun berbeda satu dengan yang lain. Tidak semua unggul, tapi dengan perawatan
yang baik, sudah pasti petani akan menghasilkan padi yang baik pula. Bukankah
hasil tidak pernah mengkhianati usaha?
Lantas bagaimana cara pendidik
menuntun siswanya agar berhasil tumbuh dengan potensi baiknya? Tentu saja
dengan metode among (=momong-Jw) yang tidak meninggalkan sesanti Ing Ngarso
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Ketika di depan
(sebagai pemimpin) memberi teladan atau contoh yang baik, ketika di tengah ikut
berdaya upaya membangun kekuatan, dan ketika di belakang memberi motivasi atau
dorongan.
Tidak hanya itu, bahwa pendidik
haruslah paham tentang mendidik anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zaman.
Kodrat alam di sini bahwa alam Indonesia sangatlah subur selain posisinya
yang juga berada di sepanjang garis kathulistiwa. Maka tidak heran jika segala
jenis tanaman dengan mudah tumbuh sepanjang tahun. Berbeda dengan negeri Eropa
yang hanya pada musim tertentu dapat bercocok tanam, maka sudah menjadi watak
orang Eropa untuk hidup hemat. Lain halnya dengan orang Indonesia, karena
segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah maka muncullah dua karakter yaitu
boros dan suka menolong. Manakah yang harus kita tuntun dalam mendidik
anak-anak? Tentu saja kehidupan yang saling tolong menolong harus kita tebalkan
dan kita samarkan atau bahkan hilangkan karakter boros supaya kehidupan mereka
selamat dan bahagia.
Bagaimana dengan kodrat zaman? Seiring
bergantinya waktu, tentu saja pola pendidikan harus menyesuaikan dengan zaman.
Seorang pendidik haruslah berpikiran terbuka dan menerima sesuatu yang baru.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan itu sebuah keniscayaan. Di zaman
tekhnologi canggih, kita dituntut untuk paham agar tidak tertinggal oleh anak
didik kita, sehingga kita bisa membersamai, menuntun, membimbing, dan momomg
mereka dengan hal yang sama, dengan demikian anak-anak tetap berada di jalur yang
benar untuk keselamatan hidupnya.
Apa
yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari
modul 1.1?
Sebelum mempelajari Modul 1.1. ini,
saya menganggap murid adalah objek dalam suatu sistem pendidikan. Guru adalah
satu-satunya pusat pengajaran. Murid harus patuh dan mencapai target minimal sehingga
mereka dianggap tuntas dan layak untuk diluluskan.
Apa
yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul ini, tentu
saja saya tersadar bahwa dengan metode sebelumnya artinya saya memaksakan
kehendak sehingga tidak ada kemerdekaan pada jiwa dan raga anak. Menyesal tentu
saja saya rasakan. Dengan berperilaku demikian sama saja saya menjajah murid tanpa berpikir bahwa mereka juga memiliki hak, mereka memiliki kodrat yang
harus ditumbuhkan agar semakin baik budi pekertinya, dan mereka bisa menentukan
pengetahuan apa yang bagi mereka bermanfaat untuk kehidupannya.
Apa
yang dapat segera anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?
Hal pertama yang saya lakukan adalah
memahami karakter setiap anak. Kemudian memahami minat serta bakat mereka. Hal
tersebut akan memudahkan saya dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Tidak hanya itu, proses belajar di kelas berangsur beralih, yang
tadinya berpusat pada guru, sekarang beralih menjadi berpusat pada murid. Murid
saya berikan keleluasaan serta kesempatan untuk mencari tahu tentang ilmu
pengetahuan, sedangkan pendidik berdiri sebagai fasilitator yang mengarahkan,
membimbing, dan memberi mereka penguatan. Tentunya dengan tetap mempertahankan
adab di atas ilmu agar semakin baik budi pekerti mereka.
***
Malang, 01062022
Smoga pendidikan kita bisa jauh lebih baik lagi. Semangat dan sukses Bu Wied. 👍👍👍
BalasHapusAamiin, terima kasih apresiasinya ☺️🙏
HapusTerima kasih ☺️🙏
BalasHapusUmak Mbois...
BalasHapusHe he he ... Nuwus
HapusMantap Bu... 👍
BalasHapusSemoga guru lebih maju berkarya dan berdedikasi tinggi untuk memajukan siswa yang cerdas, beradab dan berkualitas 😊
Aamiin. Terima kasih apresiasinya ☺️🙏
HapusSelalu suka tulisan njenengan
BalasHapusKereen bu wied...iki bedane lek CGP ne penulis... Semangat bu wied...
BalasHapusKerenn....Semoga Sukses terus Dik Jeng
BalasHapus