“Jangan pernah mencari ayahmu, sebelum kamu berhasil, Imran.” Imran kecil termangu, ketika ibu memahat prasasti biru di dinding hatinya yang lugu. Ia hanya tahu, setelah menyelesaikan wajib militer, bapak mendapat kesempatan kuliah di sebuah kota kecil bernama Jember. Setelah beberapa tahun, ternyata bapak tidak pernah lagi menemui ibu. Ibu mendapat kabar dari tetangga, bahwa lelaki yang mirip dengannya itu telah menikah dan berputera. Imran dan ibu tak pernah lagi dihiraukan. Suatu ketika, seorang yang berempati memberikan alamat baru ayah kepada ibu Imran. Ibarat luka sudah menganga, ibu tidak pernah sudi mencarinya. Sobekan kertas itu dibuang begitu saja. Tanpa sepengetahuan ibu, Imran kecil memungutnya lantas menyimpannya. Bersusah payah seorang diri ibu membesarkan Imran. Menjadi ibu sekaligus ayah. Namun Tuhan lebih menyayangi perempuan kuat itu. Imran masih sangat belia kala ibu mengembuskan napas untuk terakhir kalinya. Menjadi piatu di usia ...